Cerita Seks Kenikmatan Memek Perawan Siswi SMU Primadona


Simungilmanja ~ Awan telah berubah menjadi senja mendung pun tiba menutupi kota metropolitan membuat suasana semakin gelap, saat itu aku melihat si sebuah sekolah SMU negeri yang terkemuka di kota ini banyak gadis gadis yang cantik membubarkan diri dari aula olahraga, ternyata meraka sedang latihan paduan suara.

Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.

Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini.

Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 45 tahun.

Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja.

Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat.

Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Choky yang seorang residivis kambuhan.

Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 43 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat.

Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusain-kusain pintu-pintu kelas disekolah ini.

Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden.

Diantara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.

Vanesa namanya.

Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya panjang sebahu dan lurus.

Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal diatas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknya pun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol.

Sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya.

Namun perasaan cintaku kepada Vanesa lebih didominasi oleh nafsu seks semata.

Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera menyetubuhinya.

Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Vanesa ini.

Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Vanesa. Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah.

Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Vanesa adalah seorang siswi yang duduk di kelas 3, umurnya baru 17 tahun.

Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-17 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas.

Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra disekolah ini.

Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.

Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku.

Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa didalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, sementara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah.

Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal.

Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.

Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Vanesa, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar.

Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya dikala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan.

Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.

Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu.

Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.

Posisinya kini bersujud dihadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat didalam dirinya.

Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.

Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik didalam ruangan sepi.

Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.

Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat.

Sepertinya didalam hatinya dia menyesali, kenapa Bambang supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Lili sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah disaat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fika sahabatnya.

Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.

“Beres Tom…, pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.
Ternyata Choky dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.

“OK…sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja…”, ujarku kepada Choky sambil tersenyum.

Kebetulan malam ini Pak Dian sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini.

Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi. Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Vanesa yang masih berada didalam sekolah ini.

Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi didalam gedung ini.

Pak Bambang sang supir yang menjemput Vanesa pastilah berpikiran bahwa Vanesa telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.

Kupandang lagi tubuh Vanesa yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat didalam dirinya.

Hujanpun mulai turun, ruangan didalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk kedalam bangsal itu, Choky menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja.

Mulailah kubuka bajuku satu per satu beserta celana dan celana dalamku hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Vanesa di teras sekolah tadi.
“Gue dulu ya….”, ujarku ke Choky.

“Ok boss….”, balas Choky sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.

Kudekati tubuh Vanesa yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok.

Badan Vanesa kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranya pun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya. Dari daerah pantat tanganku turun kebawah kedaerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk kedalam roknya serta naik keatas kebagian pahanya.

Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Vanesa ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.

Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Vanesa kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMUnya sampai sepinggang.

“Waw indahnya….gadis ini” gumamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih.

Sementara Vanesa terus menagis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit.

Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini.

Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang.

Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.

Baca Juga : Cerita Seks Bercinta Dengan Cewek Bohay di Mobil

Disaat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya.

Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu.

Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Vanesa, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.

Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku dengan tangan kiriku kearah bibir vagina Vanesa.

Pertama yang aku pakai adalah doggy style, ini adalah gaya favoritku. Dan…
”Hmmmpphhhh……”, terdengar rintihan dari mulut Vanesa disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya.

Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya.

Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini.

Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.

Kulihat badan Vanesa mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya.

Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Vanesa saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.

“Hmmmmppphh….mmmppphh….eeegghhhhm mmeemmpphhh….”.

Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Vanesa.

Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku kedalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan disekujur batang kemaluanku, dinding vagina Vanesa terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.

Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam didalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Vanesa yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes.

Ah…ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.

Sementara itu kepala Vanesa kembali tertunduk dilantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas.

Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku didalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memaju mundurkan tubuhnya. Badan Vanesa kembali tegang, rintihan kembali terdengar “Hheeemmmpphh….eeeggrrhhmm….mmeeemppphhh….”, seiring dengan irama sodokan-sodokanku.

Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Vanesa tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat. Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit diselangkangannya.

Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini.

Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya. Dan, “Aakkkhhhh…akkkhhhh…oouuuhh….oooooh…iikkkhhhh…oooohh..”, suara erangan Vanesa kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.

Suaranya menggema diseluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Vanesa semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.

Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku.

Sejenak Vanesa mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia terlentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias disekitar bibir kemaluannya.

“Ouuuhh..jangann paak…ampun…paakk…ooouuhh…saaakitt t sekali..Pak”, terdengar Vanesa merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.

Dengan menyeringai aku tindih tubuh Vanesa itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku didalam lobang vaginanya.

“AauuwwwWww…”, Vanesa terpekik matanya terpejam, raut mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku kedalam lobang kemaluannya.

Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Vanesa. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya.

Tubuh Vanesa kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Vanesa kembali kelojotan, dari bibir Vanesa terdengar desahan-desahan halus “Ouwhh…eeemmgghh…ooohh…aahhhhh…ohh…”.

Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.

“Aaaaaaahhhhhhh…” akupun menejan, tubuhku mengeras.

Croot…crooottt….crooooott… akupun berejakulasi, kusemprotkan spermaku didalam rahimnya. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan menyemprot membasahi liang vaginanya hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya.

Kulihat raut muka Vanesa saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan.

Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejang menyemprotkan spermaku yang terakhir.

Aaahhhh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik.

Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku.

Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam didalam lobang kemaluannya.

Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya.

“Terimakasih Vanesa sayang….., kamu cantik sekali, terimakasih atas perawanmu”, bisikku sambil kucium dan kukulum bibirnya.

Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku didalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Vanesa. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku.

“Ouuwwwhhhh….”, Vanesa merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.

Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya.

Tak kusadari Choky ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tatto yang menghiasi sekujur dada dan lengannya.

Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Vanesa yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Vanesa kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Vanesa tadi.

Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett…sreettt…sreett…sreett..” diikuti oleh isak tangis Vanesa yang terdengar kembali.

Setelah kuperhatikan, oh ternyata Choky dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Vanesa.

Dengan kasarnya Choky mencabik-cabik baju seragam putih Vanesa, termasuk BH putih yang dikenakannya.

Dan akhirnya kini badan Vanesa telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas.

Termasuk juga rok abu-abu yang melilit dipinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, hanya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.

“Ouuhh…ammpuunn…paak…ampuuuun...Hiksss”, suara Vanesa terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Choky yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu.

Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Vanesa, Choky membersihkan daerah selangkangan Vanesa.

Dengan sedikit kasar Choky mengusap-usap selangkangan Vanesa sampai-sampai tubuh Vanesa menggeliat-geliat.

Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.

Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk kedalam bangsal tempat pembantaian Vanesa ini.

Tiba-tiba semenit kemudian dikala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Vanesa yang memilukan
“Aaahhhhh...Ooohhh...Aaaahhh.”.QQ TERBAIK

Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Choky tengah menyodomi Vanesa.

Posisi Vanesa kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga dan Choky berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lubang anus Vanesa.

“Aaaaaahhh….” Choky pun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilubang anus Vanesa.

Setelah itu lubang anus Vanesa dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Choky, Choky melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Vanesa terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras.

Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Vanesa mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang amat sangat.

Setelah beberapa menit Choky pun makin mempercepat gerakan menyodok-nyodoknya, dan akhirnyaa... Croott.....croootttt...croootttt...
Choky mengeluarkan sperma didalam anus Vanesa kemudian Choky mencabut penisnya dari lubang anus Vanesa. Terlihat Choky sangat capek dengan permaianan nya tadi, kini Choky pun terbaring disamping Vanesa..

Kami berdua tertawa terbahak-bahak karena senang bisa menyetubuhi gadis Sekolah yang cantik dan primadona ini.


Share:
Lokasi: Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Sudah Mengunjungi Blog Saya, Silahkan Berkomentar Dengan Sopan ^_^

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.

New Post

Cerita Sex Bercinta Dengan Bapak Kost

Cerita Sex Bercinta Dengan Bapak Kost -  Pagi itu kulihat Oom Pram bapak kost ku sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun ...

Cari Blog Ini

Archive

[recent]